Kamis, 29 Desember 2011

I LOVE MY LIFE


C  A  T
( CATATAN AKHIR TAHUN  )

Sebuah kisah pasti ada awal dan akhirnya.  Begitupula yang terjadi dalam perjalanan hidup setiap mausia. Berjuta warna kehidupanpun akan hadir dan jadi bagian penting dalam perjalanan itu.
Hidup… huhh begitulah hidup. Banyak misteri di dalamnya. Miseteri yang suatu saat akan terpecahkan jika kita mulai melangkahkan kaki untuk berjalan. Hebat bukan ? Tentu sangat hebat sekali, semuanya seperti terarah dan terjadi secara bertahap. Tapi megapa semua seperti terencana dan bisa tersusun rapi ? Karena ada Satu Zat yang maha besar yang telah mengatur segalanya.
Lantas manusia ?
Oh manusia, manusia…
Tentu bukanlah makhluk yang sempurna. Tapi catat bagian ini wahai manusia… “Walaupun kamu tak sempurna, pecahkanlah misteri hidupmu dengan cara-cara yang brilian. Yakinlah dengan kekuatan hebat yang mengatur jalur lalu lintas hidupmu dan buat rambu-rambu lalu lintasmu sendiri dengan BBCJ (Bangun, Bangkit, Ciptakan, dan Jadilah) jiwa yang rajin, cerdas, pantang menyerah, dan kuat  agar kamu bisa selalu berusaha menciptakan jawaban yang sempurna untuk misteri hidupmu sendiri”.
Kamu tahu apa itu warna kehidupan ? Mengartikan kedua kata itu akan sangat mudah sekali. Caranya sederhana, bukalah kamus bahasa indonesiamu lalu susunlah secara terpadu arti dari keduanya. Tapi apa kamu akan tahu apa arti warna kehidupan itu sesungguhnya ? Kamu akan tahu, jika kamu mampu memahami bagaimana proses dari kehidupan itu. Bagaimana kehidupa itu bisa memberikan warna yang berbeda dalam setiap babak kehidupan manusia.

Senin, 26 Desember 2011


liputan petualangan amatir anak kencur

SINOPSIS GADIS PANTAI


Gadis Pantai
Oleh : Pramoedya AnantaToer

          Roman ini jika merujuk pada kata pengantar Pramoedya Ananta Toer (Pengarang roman Gadis Pantai) adalah semacam “biografi” neneknya. Seorang perempuan yang lahir dan besar dalam keluarga nelayan di pesisir pantai di daerah Jawa, Kabupaten Rembang. Kemudian pada usia 14 tahun Gadis Pantai tersebut dinikahkan oleh orangtuanya dengan seorang pembesar asal Bima. Pebesar itu ialah “Bendoro”. Ketika menikah dengan Gadis Pantai, calon suaminya itu tidak datang dan hanya diwakilkan dengan sebilah keris.
          Setelah menikah dengan Bendoro akhirnya Gadis Pantai diboyong menuju kota tempat suaminya itu tinggal. Awalnya gadis itu tidak mau pindah ke rumah mewah di kota itu, tapi ia terus diantarkan orang tuanya yang berpikir Gadis Pantai akan hidup berbahagia dan nyaman di sana. Di rumah Bendoro tersebut ada seorang pembantu tua yang mengajarkan kepada Gadis Pantai segalanya yang harus dia tahu dan lakukan untuk memelihara kenangan suaminya yang berdarah ningrat itu.
          Ketika telah menjadi istri Bendoro nama Gadis Pantai akhirnya diganti menjadi Mas Nganten. Berjalan dengan waktu akhirnya Mas Nganten terbiasa dengan pembantu tua itu hingga mereka berdua saling menyukai. Selain dia (Pembantu tua),  tidak ada orang pun di rumah itu yang peduli pada Mas Nganten yang merasa sangat sendirian. Bahkan dikunjungi oleh suaminya sendiripun jarang karena alasan kesibukannya sebagai seorang pembesar.
          Suatu ketika terjadi masalah dalam rumah Bendoro yang ukurannya jauh lebih besar dari rumah-rumah yang ada di Kampung Nelayan tempat Gadis Pantai berasal. Tak disangka ternyata hal itu sampai membuat pembantu tua yang berkawan baik dengan Mas Nganten harus angkat kaki dari tempat ia mengabdikan dirinya selama bertahun-tahun untuk Bendoro. Semua itu bermula ketika pembantu itu mengkritik anak-anak yang ada di rumah (Agus ) karena kesalahan yang telah mereka lakukan. Setelah kepergian pembantu tua itu, pembantu berikutnya ternyata jauh berbeda dengan pembantu sebelumnya. Ia jahat dan sombong sehingga membuat Mas Nganten merasa terancam.
          Perlahan Gadis Pantai yang berasal dari kampung itu mulai menyadari bahwa pernikahannya dengan Priyayi itu hanyalah percobaan saja karena nantinya suaminya itu akan menikah dengan wanita segolongan ningrat seperti Bendoro. Tetapi dengan tabah dijalaninya semua takdir yang telah memaksanya masuk jauh lebih dalam pada kehidupan yang awalnya tidak diinginkannya.
          Suatu hari Gadis pantai mendapat ijin untuk mengunjungi orang tuanya di kampung. Disitu dia mengalami perubahan perilaku orang kampung terhadap dirinya. Dia dianggap Bendoro, priyayi bukan orang kampung lagi. Itu merupakan hal yang sangat menyedihkan dan menyakitkan buat Gadis Pantai.
          Tiga tahun berjalan usia pernikahan Gadis Pantai dan Bendoro akhirnya ia di karuniai seorang buah hati yang sudah sangat dinanti-nanti oleh orang tua Gadis Pantai tapi tidak untuk Bendoro atau suaminya sendiri. Namun nasib buruk masih setia mengiringi kisah hidup Gadis Pantai, setelah mengetahui bayi yang dilahirkan Gadis Pantai ialah bayi perempuan, akhirnya Bendoro menceraikannya dan mengusirnya dari bangunan megah, istana Bendoro itu. Dan yang lebih menyayat hati, Gadis Pantai terpaksa harus meninggalkan darah dagingnya yang baru berusia beberapa hari itu karena perintah dari suaminya yang tega membuangnya begitu saja bagai sampah.


THE END


Catatan: Kisah ini berlangsung pada awal abad ke-20 dan menggambarkan hal-hal yag terjadi di masyarakat pada saat itu khususnya yang terjadi di daerah Jawa. Saat itu memang masih ada perbedaan antara golongan-golongan, tetapi pada waktu itu orang biasa tidak punya hak apapun dan diperlakukan secara tidak manusiawi.

  

Manusia Pembelajar


A.    Manusia Pembelajar Dan Karakternya

Istilah “Manusia Pembelajar” terbentuk dari Dua kata, yaitu manusia dan pembelajar. Kedua kata tersebut jika berdiri sendiri-sendiri memiliki arti yang berbeda atau jika digabungkan memiliki arti dan makna yang lain.  Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali akal dan pikiran. Akal dan pikiran itulah nanti yang menuntun manusia dalam melakukan sesuatu serta mampu membedakan hal-hal yang baik dan buruk. STA  dalam Alfian 1985:143 mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang menciptakan kebudayaan dan hidup sepanjang sejarah dalam berbagai-bagai kebudayaan yang selalu mengalami perubahan. Sementara itu kata pembelajar berasal dari kata dasar “ajar” yang dibubuhan imbuhan -pe dan -be. Imbuhan -pe merupakan penegasan makna dari kata dasar ajar (yang telah ditambahkan imbuhan –be/ belajar) yang berarti gemar/suka/rajin jika digabung dengan kata manusia. Beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian Belajar yaitu suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan tingkah laku, dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap, dan yang lainnya. Menurut Gagne dan Briggs (1988), perubahan tingkah laku dalam proses belajar menghasilkan aspek perubahan seperti kemampuan membedakan, konsep kongkrit, konsep terdefinisi, nilai, nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.
Jadi, manusia pembelajar merupakan mereka yang memahami akan arti dan hakikat hidupnya. Mengapa? Karena ini adalah dasar dari segalanya, sebelum ia mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya bahkan pribadinya sendiri, maka pemahaman akan hakikat hidup manusia menjadi sebuah kebutuhan sejati, karena mereka menjadi lebih tahu serta memiliki objektifitas dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki untuk menjadi pribadi yang ideal.
Potensi yang ada haruslah dikembangkan secara seimbang (balance) sehingga tidak tumpang tindih satu sama lain. Karena 3 potensi dasar tersebut, yaitu moral, intelektual, dan fisik merupakan sebuah kesatuan utuh yang perlu dikembangkan. Sehingga efeknya mereka mampu berfikir, memahami dan melaksanakan apa yang diinginkannya dengan fokus yang nantinya akan berbuah pada bingkai yang positif.
Pada dasarnya setiap manusia yang diciptakan Tuhan berbeda-beda bentuknya, karakter, kegemaran, bahkan pemikirannya sekalipun. Secara psikologis tipe manusia pembelajar ini umumnya mereka memiliki karakter atau sifat dan sikap yang tidak cepat berputus asa atau pantang menyerah. Hal tu terjadi karena keinginan untuk belajar yang tumbuh dalam hati tipe manusia ini sangat kuat dan tidak mudah digoyahkaan. Selain itu, mereka (manusia pembelajar) selalu berusaha untuk mencapai tujuannya walaupun ada rintangan yang menghalanginya. Contohnya saja seperti mau belajar tanpa memandang tempat, waktu, bahkan siapa yang mengajar/sekecil apapun hal yang bisa dipelajarinya. Yang ia tahu hanyalah ia harus terus belajar agar menjadi manusia yang ideal. Jadi, tidak mengherankan jika tipe manusia pembelajar ini memiliki pandangan akan kehidupan dan tujuan hidup yang ingin dicapainya. Oleh karena itu keberadaan manusia sebagai pencipta kebudayaan seperti mengembangkan diri menjadi manusia pembelajar tak terlepas dari kemampuan atau daya yang dimiliki seperti akal, intelegensia dan intuisi, perasaan dan emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku.
Mahasiswa merupakan salah satu contoh dari manusia pembelajar. Status mahasiswa yang hari ini kita miliki bersama- sebagai seorang yang sedang mengalami proses pendidikan formal adalah bagian kecil (part of) manusia pembelajar. Bukan sekedar mengejar prestasi akademis semata, karena kita (mahasiswa) memiliki peran penting dalam menentukan nasib bangsa nantinya. Mahasiswa adalah orang-orang yang dituntut untuk membawa angin segar perubahan, menjaga nilai-nilai postif yang ada di masyarakat, dan tentunya menjadi stok yang selalu siap untuk dimanfaakan bangsanya.

B.     Apa Tujuan dan Alasan Belajar “Si Manusia Pembelajar” ?

Tujuan merupakan arah yang menentukan langkah yang ingin atau akan ditempuh individu atau kelompok agar dapat memperoleh keadaan/ situasi yang diinginkan. Dalam pencapaian tujuan biasanya tidak sedikit usaha yang dibutuhkan hingga tak jarang pengorbanan harus mejadi taruhan untuk mencapai hasil yang maksimal (tujuan).
Demikian juga yang terjadi pada sosok manusia pembelajar, bukan tidak beralasan mengapa ia (manusia pembelajar) melakukan kegiatan belajar. Alasan itulah yang menuntunnya agar sampai pada tujuannya. Tujuan yang ingin dicapai oleh manusia pembelajar cukup bervariasi, setiap tujuan yang ingin dicapai oleh manusia pembelajar terselip unsur kepentingan atau bisa kita sebut manfaat yang akan diperoleh jika tujuan tersebut tercapai dengan baik.  Contohnya sebagai berikut :

Contoh Peristiwa

Saya     akan belajar sungguh-sungguh agar bisa menjadi lulusan terbaik
Objek                usaha yang dilakukan                                           tujuan 

Contoh  pada kalimat di atas saling berkesinambungan. Jika tujuan telah berhasil dicapai dengan baik, maka ada frekuensi keberhasilan si objek di masa mendatang yaitu kemungkinan besar memiliki peluang bekerja dan sukses (manfaat dari tercapainya tujuan dengan baik).

Tujuan dan Alasan Belajar Si Manusia Pembelajar

Pada umumnya tujuan yang ingin dicapai oleh manusia pembelajar ialah memperoleh manfaat. Manfaat yang diperoleh akan berbeda-beda bentuk dan hasilnya, biasanya sesuai dengan pembelajaran apa yang dilakukannya dan seberapa besar tingkat kesulitannya. Manfaat yang diperoleh tidak semua bentuknya nyata (kasatmata/terlihat/materi) namun ada juga manfaat yang bentuknya abstrak tetapi dapat dirasakan hasilnya. Berikut beberapa contoh tujuan si manusia pembelajar :  
1.      Pengembangan & perbaikan diri;
2.      Menambah ilmu, wawasan, dan informasi;
3.      Tuntutan profesi (pekerjaan);
4.      Kepuasan batin (kebutuhan);
5.      Rasa ingin tahu dan mencoba-coba;
6.      Meningkatkan Practice/image;
7.      Mengikuti perkembangan peradaban.

C.    Kebiasaan dan Cara Belajar “Si Manusia Pembelajar

Kebiasaan dan cara belajar manusia berbeda-beda. Semuanya berpulang pada cara pandang/pola pikir bahkan kecerdasan intelektuan/potensi/bakat yang dimilikinya. Teori kecerdasan pada manusia telah menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan kebiasaan dan cara belajar itu. Tak heran kebiasaan belajar yang dilakukan berkaitan dengan cara belajar yang dipilih oleh individu tersebut.
Kebiasaan dan cara belajar yang dipilih haruslah membuat manusia pembelajar merasa nyaman. Perasaan nyaman akan memberikan suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga akan membuahkan hasil yang positif.
Howard Gardner mengidentifikasi ada 8 delapan macam kecerdasan manusia dalam memahami dunia nyata, kemudian di tambahkan lagi dengan pakar lain sehingga menjadi 10 kecerdasan yaitu verbal, logika, visual, gerak tubuh, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, spiritual, dan eksistensial.

Contoh cara belajar yang berkaitan dengan kecerdasan
1.      Individu yang memiliki kecerdasan verbal
Individu ini memiliki kecerdasan dalam berbahasa, sehingga ia senang dengan pembelajaran yang melibatkan kecerdasan ini. Kebiasaan yang disenanginya dalam belajar menjadi sebuah cara belajar yang ia sukai. Ekspresi dari kecerdasan ini seperti bercerita, membaca, tata bahasa, dan lainnya.
2.      Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal
Individu ini belajar dengan cara bekerjasama dan berkomunikasi baik verbal atau non verbal dengan orang lain. Misalnya dalam belajar ia membutuhkan panduan dari guru les, atau orang lainnya yag dianggap mampu membantu. 
D.    Faktor Pendorong Kuatnya Niat Belajar

Segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal dipengaruhi oleh niat. Jika niat yang ada dalam diri seseorang tidak kuat, maka hal itu secara sadar ataupun tidak sadar akan mempengaruhi usaha yang dilakukannya (manusia) dalam proses pencapaian tujuan yang di inginkannya. Niat kerap kali diartikan sebagai kemauan/keinginan hati. Tak heran jika niat itu pada umumnya cukup berpengaruh pada kondisi batin terkecil (hati nurani) seseorang. Walaupun keberadaan niat itu dipengaruhi oleh hati nurani manusia tetapi kondisi sekitar (lingkungan sekolah, masyarakat, keluarga, dll ) juga cukup mempengaruhi kuatnya niat yang ada dalam diri seseorang. Artinya, niat bisa saja dalam sekejap menjadi sangat kuat, kemudian usaha yang dilakukan dalam proses pencapaian tujuan menjadi maksimal, ataupun sebaliknya. Hal itu tentu saja berimbang dengan kondisi manusia sebagai pelaku usaha dalam pencapaian tujuan yang diinginkannya. Kondisi yang dimaksud seperti kesehatan fisik atau keadaan batin manusia yang berbeda setiap waktu. Berikut, ada Dua faktor pendorong kuatnya niat yang disimpulkan oleh penulis (Kelompok 9) :

Faktor Internal

Faktor internal yang mendorong kuatnya niat seseorang khususya dalam belajar merupakan faktor pendorong yang bersumber dari dalam (intern) diri manusia itu sendiri. Mengapa dikatakan bersumber dari dalam diri manusia itu sendiri ?
Seperti yang kita ketahui, manusia dibekali akal dan pikiran oleh tuhan untuk berpikir dan melakukan hal-hal lainnya yang baik dan berguna baginya ataupun lingkungannya. Jauh di dalam lubuk hati setiap manusia ada hal yang tidak bisa berbohong atau dibohongi namun hanya manusia itu sendirilah yang mengetahuinya, yakni, hati nurani/hati kecil. Seburuk-buruknya manusia, pasti ada sisi baik lain yang dimilikinya walaupun hanya sebuah niat/keinginan dalam dirinya yang tak terungkap atau tak ada Satu orangpun yang tahu.
Jika niat yang terdapat pada diri manusia dalam belajar sangat kuat, maka hal lainnya (eksternal) akan berfungsi sebagai faktor pendukung keberhasilan manusia itu dalam belajar. Oleh sebab itu keberadaan niat dalam diri seseorang akan semakin kuat jika didukung oleh lingkungannya. Dukungan yang kuat akan menambah kamauan bahkan semangat juang yang tinggi dalam melakukan sesuatu seperti proses pembelajaran yang dijalaninya.
Contohnya :
Jika seseorang menyukai dan mahir dalam bidang kesenian, maka kemahirannya dalam bidang seni itu merupakan salah satu bakat/potensi yang dimilikinya. Ketika ia bercita-cita untuk menjadi seorang seniman ternama yang ingin meneruskan bakat kakeknya, cita-cita itulah merupakan cikal bakal tumbuhnya niat yang kuat dalam dirinya. Artinya dia secara tidak langsung akan mengembangkan kemahirannya dalam bidang kesenian itu (usaha yang dilakukannya akibat niat yang kuat dalam dirinya).     

Faktor Eksternal

     Faktor eksternal yang mendorong kuatnya niat seseorang khususya dalam belajar sudah sedikit disinggung pada pembahasan di atas. Faktor pendorong eksternal ini merupakan dorongan yang bersumber dari luar diri manusia. Contohnya seperti lingkungan sekolah, masyarakat, keluarga, dll. Lingkungan tersebut (eksternal) juga cukup mempengaruhi kuatnya niat yang ada dalam diri seseorang. Artinya, niat bisa saja dalam sekejap menjadi sangat kuat, kemudian usaha yang dilakukan dalam proses pencapaian tujuan menjadi maksimal. Terkadang ada sebagian orang yang membutuhkan rangsangan dari luar dahulu (dukungan ekternal) untuk memicu kuatnya niat internal atau sebaliknya. Pada hakikatnya semua itu berpulang kembali pada individu tersebut, karena cara pandang, pola pikir, jenis kepentingan, masalah, bahkan kehidupan setiap orang berbeda-beda.


E.     Kesimpulan

Pada dasarnya setiap manusia yang diciptakan Tuhan berbeda-beda bentuknya, karakter, kegemaran, bahkan pemikirannya sekalipun. Tuhan telah menyiapkan sejuta rencana, namun sebagai manusia, kita dituntut untuk selalu berusaha membuat jalan hidup kita menjadi baik.
Sebagai makhluk sosial penting bagi kita untuk memahami arti dan hakikat hidup kita. Karena ini adalah dasar dari segalanya, sebelum kita mengembangkan potensi dan pribadi yang kita miliki. Maka pemahaman akan hakikat hidup manusia menjadi sebuah kebutuhan sejati, karena mereka menjadi lebih tahu untuk apa kita hidup dan apa tujuan kehidupan yang kita jalani. serta memiliki objektifitas dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki untuk menjadi pribadi yang ideal.
Begitupulalah yang terjadi pada tipe manusia pembelajar. Ada sejuta alasan dibalik kehidupan yang dinginkannya. Jadi, sangatlah penting bagi kita semua (tidak memandang gender, umur dan keadaan apapun) untuk menjadi manusia pembelajar. Yang harus kita sadari dan kita lihat dengan positif adalah jangan pernah menjadi manusia yang puas dengan apa yang Anda miliki. Teruslah berusaha menggali, mengasah, hingga mengembangan pribadi Anda (wawasan, pengalaman, mental, ilmu, sikap, dsb.) untuk menuju pribadi yang lebih ideal. Walaupun pengorbanan akan menjadi taruhannya tetapi manusia pembelajar meyakini bahwa akan ada konsekuensi baik yang pasti akan diterima kelak.


F.     Saran

Ada satu sisi yang menjadi perhatian penting dari penulis (Kelompok 9), yaitu dari jenis manusia pembelajar dengan tujuan kepuasan batin/akademik dengan pendorong niat intern .
Kemungkin yang harus diwaspadai ketika Anda mencoba menuju pribadi demikian (Manusia Pembelajar dengan tujuannya adalah kepuasan batin/akademik), jangan sampai melupakan lingkungan sosial Anda karena kesibukan Anda dalam belajar. Hal itu bisa saja akan berdampak pada sikap yang Anda miliki. Misalnya susah bersosialisasi dengan lingkungan dan cenderung bersifat individualisme. 
 
G.    Refrensi

1.      Internet
2.      Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta