Senin, 26 Desember 2011

Manusia Pembelajar


A.    Manusia Pembelajar Dan Karakternya

Istilah “Manusia Pembelajar” terbentuk dari Dua kata, yaitu manusia dan pembelajar. Kedua kata tersebut jika berdiri sendiri-sendiri memiliki arti yang berbeda atau jika digabungkan memiliki arti dan makna yang lain.  Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali akal dan pikiran. Akal dan pikiran itulah nanti yang menuntun manusia dalam melakukan sesuatu serta mampu membedakan hal-hal yang baik dan buruk. STA  dalam Alfian 1985:143 mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang menciptakan kebudayaan dan hidup sepanjang sejarah dalam berbagai-bagai kebudayaan yang selalu mengalami perubahan. Sementara itu kata pembelajar berasal dari kata dasar “ajar” yang dibubuhan imbuhan -pe dan -be. Imbuhan -pe merupakan penegasan makna dari kata dasar ajar (yang telah ditambahkan imbuhan –be/ belajar) yang berarti gemar/suka/rajin jika digabung dengan kata manusia. Beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian Belajar yaitu suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan tingkah laku, dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap, dan yang lainnya. Menurut Gagne dan Briggs (1988), perubahan tingkah laku dalam proses belajar menghasilkan aspek perubahan seperti kemampuan membedakan, konsep kongkrit, konsep terdefinisi, nilai, nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.
Jadi, manusia pembelajar merupakan mereka yang memahami akan arti dan hakikat hidupnya. Mengapa? Karena ini adalah dasar dari segalanya, sebelum ia mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya bahkan pribadinya sendiri, maka pemahaman akan hakikat hidup manusia menjadi sebuah kebutuhan sejati, karena mereka menjadi lebih tahu serta memiliki objektifitas dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki untuk menjadi pribadi yang ideal.
Potensi yang ada haruslah dikembangkan secara seimbang (balance) sehingga tidak tumpang tindih satu sama lain. Karena 3 potensi dasar tersebut, yaitu moral, intelektual, dan fisik merupakan sebuah kesatuan utuh yang perlu dikembangkan. Sehingga efeknya mereka mampu berfikir, memahami dan melaksanakan apa yang diinginkannya dengan fokus yang nantinya akan berbuah pada bingkai yang positif.
Pada dasarnya setiap manusia yang diciptakan Tuhan berbeda-beda bentuknya, karakter, kegemaran, bahkan pemikirannya sekalipun. Secara psikologis tipe manusia pembelajar ini umumnya mereka memiliki karakter atau sifat dan sikap yang tidak cepat berputus asa atau pantang menyerah. Hal tu terjadi karena keinginan untuk belajar yang tumbuh dalam hati tipe manusia ini sangat kuat dan tidak mudah digoyahkaan. Selain itu, mereka (manusia pembelajar) selalu berusaha untuk mencapai tujuannya walaupun ada rintangan yang menghalanginya. Contohnya saja seperti mau belajar tanpa memandang tempat, waktu, bahkan siapa yang mengajar/sekecil apapun hal yang bisa dipelajarinya. Yang ia tahu hanyalah ia harus terus belajar agar menjadi manusia yang ideal. Jadi, tidak mengherankan jika tipe manusia pembelajar ini memiliki pandangan akan kehidupan dan tujuan hidup yang ingin dicapainya. Oleh karena itu keberadaan manusia sebagai pencipta kebudayaan seperti mengembangkan diri menjadi manusia pembelajar tak terlepas dari kemampuan atau daya yang dimiliki seperti akal, intelegensia dan intuisi, perasaan dan emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku.
Mahasiswa merupakan salah satu contoh dari manusia pembelajar. Status mahasiswa yang hari ini kita miliki bersama- sebagai seorang yang sedang mengalami proses pendidikan formal adalah bagian kecil (part of) manusia pembelajar. Bukan sekedar mengejar prestasi akademis semata, karena kita (mahasiswa) memiliki peran penting dalam menentukan nasib bangsa nantinya. Mahasiswa adalah orang-orang yang dituntut untuk membawa angin segar perubahan, menjaga nilai-nilai postif yang ada di masyarakat, dan tentunya menjadi stok yang selalu siap untuk dimanfaakan bangsanya.

B.     Apa Tujuan dan Alasan Belajar “Si Manusia Pembelajar” ?

Tujuan merupakan arah yang menentukan langkah yang ingin atau akan ditempuh individu atau kelompok agar dapat memperoleh keadaan/ situasi yang diinginkan. Dalam pencapaian tujuan biasanya tidak sedikit usaha yang dibutuhkan hingga tak jarang pengorbanan harus mejadi taruhan untuk mencapai hasil yang maksimal (tujuan).
Demikian juga yang terjadi pada sosok manusia pembelajar, bukan tidak beralasan mengapa ia (manusia pembelajar) melakukan kegiatan belajar. Alasan itulah yang menuntunnya agar sampai pada tujuannya. Tujuan yang ingin dicapai oleh manusia pembelajar cukup bervariasi, setiap tujuan yang ingin dicapai oleh manusia pembelajar terselip unsur kepentingan atau bisa kita sebut manfaat yang akan diperoleh jika tujuan tersebut tercapai dengan baik.  Contohnya sebagai berikut :

Contoh Peristiwa

Saya     akan belajar sungguh-sungguh agar bisa menjadi lulusan terbaik
Objek                usaha yang dilakukan                                           tujuan 

Contoh  pada kalimat di atas saling berkesinambungan. Jika tujuan telah berhasil dicapai dengan baik, maka ada frekuensi keberhasilan si objek di masa mendatang yaitu kemungkinan besar memiliki peluang bekerja dan sukses (manfaat dari tercapainya tujuan dengan baik).

Tujuan dan Alasan Belajar Si Manusia Pembelajar

Pada umumnya tujuan yang ingin dicapai oleh manusia pembelajar ialah memperoleh manfaat. Manfaat yang diperoleh akan berbeda-beda bentuk dan hasilnya, biasanya sesuai dengan pembelajaran apa yang dilakukannya dan seberapa besar tingkat kesulitannya. Manfaat yang diperoleh tidak semua bentuknya nyata (kasatmata/terlihat/materi) namun ada juga manfaat yang bentuknya abstrak tetapi dapat dirasakan hasilnya. Berikut beberapa contoh tujuan si manusia pembelajar :  
1.      Pengembangan & perbaikan diri;
2.      Menambah ilmu, wawasan, dan informasi;
3.      Tuntutan profesi (pekerjaan);
4.      Kepuasan batin (kebutuhan);
5.      Rasa ingin tahu dan mencoba-coba;
6.      Meningkatkan Practice/image;
7.      Mengikuti perkembangan peradaban.

C.    Kebiasaan dan Cara Belajar “Si Manusia Pembelajar

Kebiasaan dan cara belajar manusia berbeda-beda. Semuanya berpulang pada cara pandang/pola pikir bahkan kecerdasan intelektuan/potensi/bakat yang dimilikinya. Teori kecerdasan pada manusia telah menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan kebiasaan dan cara belajar itu. Tak heran kebiasaan belajar yang dilakukan berkaitan dengan cara belajar yang dipilih oleh individu tersebut.
Kebiasaan dan cara belajar yang dipilih haruslah membuat manusia pembelajar merasa nyaman. Perasaan nyaman akan memberikan suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga akan membuahkan hasil yang positif.
Howard Gardner mengidentifikasi ada 8 delapan macam kecerdasan manusia dalam memahami dunia nyata, kemudian di tambahkan lagi dengan pakar lain sehingga menjadi 10 kecerdasan yaitu verbal, logika, visual, gerak tubuh, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, spiritual, dan eksistensial.

Contoh cara belajar yang berkaitan dengan kecerdasan
1.      Individu yang memiliki kecerdasan verbal
Individu ini memiliki kecerdasan dalam berbahasa, sehingga ia senang dengan pembelajaran yang melibatkan kecerdasan ini. Kebiasaan yang disenanginya dalam belajar menjadi sebuah cara belajar yang ia sukai. Ekspresi dari kecerdasan ini seperti bercerita, membaca, tata bahasa, dan lainnya.
2.      Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal
Individu ini belajar dengan cara bekerjasama dan berkomunikasi baik verbal atau non verbal dengan orang lain. Misalnya dalam belajar ia membutuhkan panduan dari guru les, atau orang lainnya yag dianggap mampu membantu. 
D.    Faktor Pendorong Kuatnya Niat Belajar

Segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal dipengaruhi oleh niat. Jika niat yang ada dalam diri seseorang tidak kuat, maka hal itu secara sadar ataupun tidak sadar akan mempengaruhi usaha yang dilakukannya (manusia) dalam proses pencapaian tujuan yang di inginkannya. Niat kerap kali diartikan sebagai kemauan/keinginan hati. Tak heran jika niat itu pada umumnya cukup berpengaruh pada kondisi batin terkecil (hati nurani) seseorang. Walaupun keberadaan niat itu dipengaruhi oleh hati nurani manusia tetapi kondisi sekitar (lingkungan sekolah, masyarakat, keluarga, dll ) juga cukup mempengaruhi kuatnya niat yang ada dalam diri seseorang. Artinya, niat bisa saja dalam sekejap menjadi sangat kuat, kemudian usaha yang dilakukan dalam proses pencapaian tujuan menjadi maksimal, ataupun sebaliknya. Hal itu tentu saja berimbang dengan kondisi manusia sebagai pelaku usaha dalam pencapaian tujuan yang diinginkannya. Kondisi yang dimaksud seperti kesehatan fisik atau keadaan batin manusia yang berbeda setiap waktu. Berikut, ada Dua faktor pendorong kuatnya niat yang disimpulkan oleh penulis (Kelompok 9) :

Faktor Internal

Faktor internal yang mendorong kuatnya niat seseorang khususya dalam belajar merupakan faktor pendorong yang bersumber dari dalam (intern) diri manusia itu sendiri. Mengapa dikatakan bersumber dari dalam diri manusia itu sendiri ?
Seperti yang kita ketahui, manusia dibekali akal dan pikiran oleh tuhan untuk berpikir dan melakukan hal-hal lainnya yang baik dan berguna baginya ataupun lingkungannya. Jauh di dalam lubuk hati setiap manusia ada hal yang tidak bisa berbohong atau dibohongi namun hanya manusia itu sendirilah yang mengetahuinya, yakni, hati nurani/hati kecil. Seburuk-buruknya manusia, pasti ada sisi baik lain yang dimilikinya walaupun hanya sebuah niat/keinginan dalam dirinya yang tak terungkap atau tak ada Satu orangpun yang tahu.
Jika niat yang terdapat pada diri manusia dalam belajar sangat kuat, maka hal lainnya (eksternal) akan berfungsi sebagai faktor pendukung keberhasilan manusia itu dalam belajar. Oleh sebab itu keberadaan niat dalam diri seseorang akan semakin kuat jika didukung oleh lingkungannya. Dukungan yang kuat akan menambah kamauan bahkan semangat juang yang tinggi dalam melakukan sesuatu seperti proses pembelajaran yang dijalaninya.
Contohnya :
Jika seseorang menyukai dan mahir dalam bidang kesenian, maka kemahirannya dalam bidang seni itu merupakan salah satu bakat/potensi yang dimilikinya. Ketika ia bercita-cita untuk menjadi seorang seniman ternama yang ingin meneruskan bakat kakeknya, cita-cita itulah merupakan cikal bakal tumbuhnya niat yang kuat dalam dirinya. Artinya dia secara tidak langsung akan mengembangkan kemahirannya dalam bidang kesenian itu (usaha yang dilakukannya akibat niat yang kuat dalam dirinya).     

Faktor Eksternal

     Faktor eksternal yang mendorong kuatnya niat seseorang khususya dalam belajar sudah sedikit disinggung pada pembahasan di atas. Faktor pendorong eksternal ini merupakan dorongan yang bersumber dari luar diri manusia. Contohnya seperti lingkungan sekolah, masyarakat, keluarga, dll. Lingkungan tersebut (eksternal) juga cukup mempengaruhi kuatnya niat yang ada dalam diri seseorang. Artinya, niat bisa saja dalam sekejap menjadi sangat kuat, kemudian usaha yang dilakukan dalam proses pencapaian tujuan menjadi maksimal. Terkadang ada sebagian orang yang membutuhkan rangsangan dari luar dahulu (dukungan ekternal) untuk memicu kuatnya niat internal atau sebaliknya. Pada hakikatnya semua itu berpulang kembali pada individu tersebut, karena cara pandang, pola pikir, jenis kepentingan, masalah, bahkan kehidupan setiap orang berbeda-beda.


E.     Kesimpulan

Pada dasarnya setiap manusia yang diciptakan Tuhan berbeda-beda bentuknya, karakter, kegemaran, bahkan pemikirannya sekalipun. Tuhan telah menyiapkan sejuta rencana, namun sebagai manusia, kita dituntut untuk selalu berusaha membuat jalan hidup kita menjadi baik.
Sebagai makhluk sosial penting bagi kita untuk memahami arti dan hakikat hidup kita. Karena ini adalah dasar dari segalanya, sebelum kita mengembangkan potensi dan pribadi yang kita miliki. Maka pemahaman akan hakikat hidup manusia menjadi sebuah kebutuhan sejati, karena mereka menjadi lebih tahu untuk apa kita hidup dan apa tujuan kehidupan yang kita jalani. serta memiliki objektifitas dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki untuk menjadi pribadi yang ideal.
Begitupulalah yang terjadi pada tipe manusia pembelajar. Ada sejuta alasan dibalik kehidupan yang dinginkannya. Jadi, sangatlah penting bagi kita semua (tidak memandang gender, umur dan keadaan apapun) untuk menjadi manusia pembelajar. Yang harus kita sadari dan kita lihat dengan positif adalah jangan pernah menjadi manusia yang puas dengan apa yang Anda miliki. Teruslah berusaha menggali, mengasah, hingga mengembangan pribadi Anda (wawasan, pengalaman, mental, ilmu, sikap, dsb.) untuk menuju pribadi yang lebih ideal. Walaupun pengorbanan akan menjadi taruhannya tetapi manusia pembelajar meyakini bahwa akan ada konsekuensi baik yang pasti akan diterima kelak.


F.     Saran

Ada satu sisi yang menjadi perhatian penting dari penulis (Kelompok 9), yaitu dari jenis manusia pembelajar dengan tujuan kepuasan batin/akademik dengan pendorong niat intern .
Kemungkin yang harus diwaspadai ketika Anda mencoba menuju pribadi demikian (Manusia Pembelajar dengan tujuannya adalah kepuasan batin/akademik), jangan sampai melupakan lingkungan sosial Anda karena kesibukan Anda dalam belajar. Hal itu bisa saja akan berdampak pada sikap yang Anda miliki. Misalnya susah bersosialisasi dengan lingkungan dan cenderung bersifat individualisme. 
 
G.    Refrensi

1.      Internet
2.      Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

1 komentar: